Osteoporosis adalah suatu kondisi di mana tulang menjadi rapuh sehingga berisiko lebih tinggi untuk terjadinya fraktur (pecah atau retak) dibandingkan tulang yang normal. Osteoporosis terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan tulang baru dan resorpsi tulang tua. Osteoporosis biasanya tidak memiliki tanda-tanda atau gejala khusus sampai akhirnya terjadi fraktur. Karena inilah osteoporosis sering disebut sebagai ‘silent disease’. Faktor-faktor risiko terjadinya osteoporosis adalah alkohol, merokok, BMI kurang, kurang gizi, kurang olahraga, jatuh berulang, riwayat keluarga, menopause, penggunaan kortikosteroid, dan rematoid arthritis. Karena puncak kepadatan tulang dicapai pada sekitar usia 25 tahun, maka sangatlah penting untuk membangun tulang yang kuat di sepanjang usia, sehingga tulang-tulang akan tetap kuat di kemudian hari. Asupan kalsium yang memadai merupakan bagian penting untuk membangun tulang yang kuat. Osteoporosis jarang menimbulkan gejala dan biasanya baru diketahui ketika penderitanya jatuh atau mengalami cedera yang menyebabkan patah tulang. Osteoporosis bisa dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak dan orang dewasa. Namun, osteoporosis lebih sering terjadi pada wanita yang telah memasuki masa menopause. Kondisi ini disebabkan oleh berkurangnya kadar hormon estrogen yang berperan penting dalam menjaga kepadatan tulang.
Penyebab dan Gejala Osteoporosis
Osteoporosis disebabkan oleh menurunnya kemampuan tubuh dalam meregenerasi tulang sehingga kepadatan tulang berkurang. Penurunan kemampuan regenerasi ini biasanya akan dimulai saat seseorang memasuki usia 35 tahun.
Selain faktor usia, ada beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis, seperti kekurangan vitamin D, gangguan hormon, jarang berolahraga, konsumsi obat-obatan tertentu, serta kebiasaan merokok.
Osteoporosis dipengaruhi oleh kemampuan tubuh untuk melakukan regenerasi tulang, yaitu proses penggantian sel tulang yang lama dan rapuh menjadi sel tulang yang baru.
Di usia muda, kemampuan regenerasi tulang masih baik sehingga sel-sel baru lebih cepat terbentuk. Akan tetapi, kemampuan regenerasi ini akan menurun seiring bertambahnya usia. Osteoporosis terjadi bila kepadatan tulang tidak terbentuk dan terjaga dengan baik sejak usia muda.
Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi
Berikut ini adalah faktor-faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat dicegah atau dikendalikan :
- Bertambahnya usia, terutama jika sudah berusia lebih dari 35 tahun.
- Berjenis kelamin wanita, terutama yang sudah mengalami menopause.
- Memiliki riwayat osteoporosis dalam keluarga.
Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi
Sementara itu, faktor risiko osteoporosis yang dapat dicegah atau ditangani adalah :
- Mengalami penurunan kadar hormon estrogen atau testosteron.
- Menderita gangguan hormonal akibat sindrom Cushing, hiperparatirodisme, atau gangguan kelenjar pituitari (hipofisis).
- Menderita gangguan makan, seperti anorexia nervosa.
- Mengalami kekurangan asupan vitamin D dan kalsium.
- Menderita gangguan pencernaan, seperti gangguan penyerapan zat gizi (malabsorbsi) atau penyakit Crohn.
- Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid dalam jangka panjang.
- Menjalani gaya hidup tidak aktif dan kurang bergerak.
- Merokok
- Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
- Menderita penyakit, seperti cystic fibrosis, hemofilia, hemokromatosis, leukemia, atau penyakit Parkinson.
Gejala
Osteoporosis terjadi secara bertahap dan sering kali tidak diiringi gejala apa pun. Namun, saat kepadatan tulang makin berkurang, salah satu gejala yang bisa muncul adalah patah tulang yang mudah terjadi meski hanya terkena benturan atau tekanan ringan.
Selain rasa sakit ketika tulang patah dan retak, penderita osteoporosis juga dapat mengalami gejala berikut :
- Postur tubuh membungkuk.
- Penyusutan tinggi badan.
- Nyeri punggung akibat tulang belakang patah.
Kapan Harus ke Dokter
Segera ke dokter jika Anda mengalami keluhan yang disebutkan di atas. Jika tulang sampai retak atau patah, penanganan harus diberikan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi.
Jika Anda memiliki faktor risiko untuk mengalami osteoporosis, seperti usia lanjut, menopause, atau gangguan hormonal, lakukan kontrol rutin untuk mendapatkan penanganan dan mencegah terjadinya patah tulang.
Pencegahan
Salah satu komplikasi dari osteoporosis adalah patah tulang, terutama di tulang belakang dan tulang pinggul. Patah tulang dapat menyebabkan nyeri, gangguan dalam bergerak, dan penurunan produktivitas.
Untuk mencegah terjadinya osteoporosis, langkah utama yang harus dilakukan adalah menghindari atau mengatasi faktor risikonya. Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
- Berolahraga secara rutin, termasuk olahraga angkat beban.
- Mengonsumsi makanan tinggi kalsium dan vitamin D, atau mengonsumsi suplemen bila perlu.
- Berhenti merokok
- Berhenti mengonsumsi minuman beralkohol.
- Tidak mengonsumsi obat tanpa saran dokter, terutama obat kortikosteroid.
Khusus pada wanita yang sudah menopause atau yang berusia lanjut, pencegahan bisa dilakukan dengan menjalani kontrol rutin ke dokter. Bila diperlukan, dokter juga dapat menyarankan terapi penggantian hormon untuk mencegah osteoporosis.
Referensi:
Kemenkes, Diakses pada 2024, Osteoporosis
yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1954/osteoporosis