Hipertensi menjadi penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus, meski bukan penyakit menular namun hipertensi menjadi salah satu penyakit yang dapat berujung pada kecacadan atau bahkan kematian. Hipertensi dapat merusak organ tubuh atau dapat menyebabkan komplikasi penyakit lain seperti stroke, jantung koroner, gagal jantung dan gagal ginjal serta kebutaan. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu penyakit yang diagnosisnya ditegakkan dengan mengukur tekanan darah, yaitu naiknya tekanan sistolik dan diastolik secara menetap. Hipertensi secara etiologi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi sekunder dan hipertensi essensial (primer). Hipertensi sekunder disebabkan adanya gangguan pada fungsi tubuh yaitu kelainan kelenjar endokrin, adanya penyakit ginjal, penggunaan estrogen (obat hormon), kelainan pembuluh darah (koartasio aorta), dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Hipertensi essensial merujuk pada sebuah kondisi ketika tekanan darah mengalami peningkatan secara drastis dan tidak diketahui penyebab utamanya. Kadang penderita hipertensi berat dapat mengalami penurunan kesadaran atau koma karena terjadi pembengkakan pada otak, sehingga harus segera ditangani.
Perbedaan Hipertensi Esensial dan Sekunder
Evaluasi jenis hipertensi dibutuhkan untuk mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang berasosiasi dengan peningkatan berat badan, faktor gaya hidup (perubahan pekerjaan menyebabkan penderita bepergian dan makan di luar rumah), penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas fisik, atau usia tua pada pasien dengan riwayat keluarga dengan hipertensi kemungkinan besar mengarah ke hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram otot, kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema, gangguan berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral, wajah membulat, mudah memar, penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan tidak adanya riwayat hipertensi pada keluarga mengarah pada hipertensi sekunder.
Faktor Hipertensi Esensial
Beberapa faktor yang dapat memicu timbulnya hipertensi essensial seperti :
- Keturunan
- Usia
- Konsumsi garam atau penyedap rasa berlebih.
- Obesitas
- Gaya hidup tidak sehat seperti (kurang / malas berolah raga).
- Stres
- Alkohol
- Merokok
Hipertensi esensial juga dapat disebabkan oleh kondisi psikis yang mengalami tekanan. Ketika individu merasa tidak mampu menghadapi tekanan-tekanan dalam kehidupannya, maka yang terjadi adalah stres. Stres yang berkepanjangan menyebabkan tekanan darah naik, apabila terus meningkat dan menetap menjadi faktor pemicu hipertensi essensial. Stres adalah ketidak mampuan dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang luar biasa yang di rasa mengancam kesejehteraan baik dari dalam maupun dari luar diri individu. Tuntutan-tuntutan yang berasal dari dalam diri maupun luar diri individu yang dianggap sebagai suatu yang mengancam, membahayakan dan menantang kesejahteraan hidupnya akan menimbulkan perasaan tegang. Perubahan besar ataupun kecil, atau pengalaman seharhari seperti beban pekerjaan, pendidikan, keadaan berduka, masalah keluarga, masalah keuangan hingga masalah kesehatan merupakan stresor bagi individu.
Gejala dan Tanda
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan. Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi. Nyeri kepala umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital terutama pada pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit jantung, penyebab sekunder hipertensi, komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.
Penanganan
1. Non-Farmakologis
Intervensi non-farmakologis merupakan salah satu cara efektif untuk menurunkan tekanan darah, yang telah terbukti dengan uji klinis adalah penurunan berat badan, Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), diet rendah garam, suplemen kalium, peningkatan aktivitas fisik, dan pengurangan konsumsi alkohol. Intervensi lain berupa konsumsi probiotik, diet tinggi protein, serat, minyak ikan, suplemen kalsium atau magnesium, terapi perilaku dan kognitif, belum banyak didukung data dan penelitian yang kuat.
2. Farmakologis
Tatalaksana hipertensi berbasis-risiko penyakit kardiovaskuler dan tekanan darah lebih efisien dan efektif dari segi biaya jika dibanding berbasis tekanan darah saja. Terapi hipertensi direkomendasikan sebagai pencegahan sekunder penyakit kardiovaskuler rekuren pada pasien klinis penyakit kardiovaskuler dan rata-rata sistole 130 mmHg atau diastole 80 mmHg, serta pada dewasa dengan perkiraan risiko 10 tahun penyakit kardiovaskuler aterosklerotik (ASCVD) 10% atau lebih dengan rata-rata sistole 130 mmHg atau diastole 80 mmHg. Penderita hipertensi stadium 1 atau peningkatan tekanan darah yang memiliki risiko 10 tahun ASCVD <10>
Referensi:
Kemenkes, Diakses pada 2024, Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi Esensial,
yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3364/faktor-yang-mempengaruhi-hipertensi-esensial