Hipertensi Renovaskuler: Hipertensi pada Usia Muda

Share this post on:

Malam itu ruang Instalasi Gawat Darurat  Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Hoesin dipenuhi sesak pasien dengan berbagai kondisi. Salah satunya adalah seorang pasien yang diantar dalam kondisi penurunan kesadaran. Pasien seorang laki laki, sebut saja Tn. S, menurut para pengantar ditemukan tergeletak di kedai tokonya. Tidak ada riwayat sakit darah tinggi pada pasien berdasarkan keterangan istri dan pihak keluarga lain. Menurut istrinya, pasien tidak pernah mengeluh sakit kepala atau keluhan berat lain, hanya sesekali merasa mual dan capek. Namun saat diperiksa, didapatkan tekanan darah mencapai 230/120 mmHg. Dokter yang memeriksa menyatakan Tn S terkena stroke dan kemungkinan terjadi pecah pada pembuluh darah otak. Hal ini mengejutkan bagi keluarga Tn. S mengingat usia pasien yang belum lagi mencapai 30 tahun. Dokter menjelaskan bahwa kemungkinan darah tinggi atau hipertensi sudah lama terjadi namun tidak disadari karena tidak ada  gejala (asimptomatik). Pengaruh makanan, stress dan aktivitas fisik dapat memicu terjadinya komplikasi ke organ jantung dan pembuluh darah.

1.Hipertensi Sekunder pada Pasien Muda

Seperti yang disebutkan dalam cerita, Tn. S yang berusia kurang dari 30 tahun didiagnosis dengan hipertensi dengan tekanan darah yang sangat tinggi (230/120 mmHg). Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi pada usia muda tidak selalu berhubungan dengan hipertensi primer (esensial), yang lebih sering dijumpai pada orang dewasa. Dalam kasus ini, kemungkinan besar penyebab hipertensinya adalah **hipertensi sekunder**, yang disebabkan oleh kondisi medis lain yang dapat dimodifikasi, seperti **hipertensi renovaskuler** akibat stenosis arteri renalis.

2.Hipertensi Sekunder dan Penyebabnya

Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh banyak kondisi, di antaranya:

  • Gangguan Ginjal (Renovaskuler): Penyempitan pembuluh darah ginjal (stenosis arteri renalis) adalah penyebab utama hipertensi sekunder pada usia muda. Stenosis arteri renalis menyebabkan berkurangnya aliran darah ke ginjal, yang merangsang ginjal untuk melepaskan renin, yang kemudian meningkatkan tekanan darah.
  • Gangguan Endokrin: Kondisi seperti hipertiroidisme, sindrom Cushing, dan feokromositoma dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
  • Obat-obatan: Beberapa obat, seperti kontrasepsi oral, obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID), dan obat-obatan tertentu yang mengandung hormon, dapat memicu hipertensi.
  • Obstructive Sleep Apnea (OSA): Gangguan pernapasan saat tidur yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, terutama di malam hari.
  • Stres Akut: Stres berat atau trauma fisik yang menyebabkan lonjakan tekanan darah sementara.

3.Hipertensi Renovaskuler

Dalam kasus Tn. S, kemungkinan besar penyebab hipertensinya adalah hipertensi renovaskuler, yang disebabkan oleh stenosis arteri renalis. Pada kondisi ini, arteri yang mengalirkan darah ke ginjal mengalami penyempitan, yang mengurangi aliran darah dan menyebabkan ginjal melepaskan lebih banyak renin. Renin kemudian merangsang pembentukan angiotensin II, yang menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan tekanan darah.Hipertensi renovaskuler sering terjadi pada usia muda, dan jika tidak terdiagnosis dan diobati, dapat menyebabkan kerusakan organ seperti gagal ginjal atau stroke, yang terjadi pada kasus Tn. S.

4.Pemeriksaan dan Diagnosis

Diagnosis hipertensi renovaskuler dilakukan dengan pemeriksaan penunjang, di antaranya:

  • Renal Angiography: Merupakan pemeriksaan baku emas untuk mendeteksi stenosis arteri renalis.
  • Doppler Arteri Renalis: Pemeriksaan non-invasif yang dapat digunakan untuk mendeteksi aliran darah yang terhambat pada ginjal.
  • CT Scan atau MRI:Pemeriksaan pencitraan lainnya yang dapat memberikan gambaran tentang pembuluh darah yang terhambat.

5.Pengobatan Hipertensi Sekunder

Pengobatan hipertensi sekunder harus diarahkan pada penyebab yang mendasari. Dalam kasus hipertensi renovaskuler, terapi dapat melibatkan:

Obat-obatan antihipertensi:  

  •  ACE inhibitors (ACEI) dan Angiotensin Receptor Blockers (ARB): Obat ini menghambat efek angiotensin II yang menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah. Namun, penggunaan ACEI dan ARB harus berhati-hati pada pasien dengan fungsi ginjal yang terganggu.
  • Calcium Channel Blockers (CCB),Beta Blockers, dan Thiazide diuretics dapat digunakan sebagai tambahan pengobatan untuk mengontrol tekanan darah.
  • Percutaneous Renal Angioplasty: Prosedur ini dilakukan untuk melebarkan pembuluh darah yang menyempit di ginjal. Pada beberapa kasus, pemasangan **renal stent** diperlukan untuk memperbaiki aliran darah ginjal yang terganggu.

6.Revaskularisasi pada Hipertensi Renovaskuler

Menurut pedoman dari American College of Cardiology (ACC) dan American Heart Association (AHA),revaskularisasi(angioplasty atau stenting) direkomendasikan pada pasien dengan hipertensi renovaskuler yang tidak terkontrol dengan obat, terutama pada kondisi:

  • Hipertensi yang berulang dan tidak terkendali.
  • Hipertensi malignan atau hipertensi yang menyebabkan gagal jantung kongestif.
  • Hipertensi dengan penurunan ukuran ginjal unilateral yang tidak dapat dijelaskan.
  • Hipertensi dengan penyakit ginjal kronis progresif.

7. Pentingnya Kontrol Tekanan Darah

Pada pasien dengan hipertensi, terutama yang disebabkan oleh hipertensi renovaskuler, pengendalian tekanan darah sangat penting untuk mencegah komplikasi serius, seperti stroke, gagal jantung, dan penyakit ginjal kronis.

Target tekanan darah yang disarankan adalah:

  • <130/80 mmHg untuk pasien berusia di bawah 65 tahun.
  • <140/90 mmHg untuk pasien di atas 65 tahun.

8. Modifikasi Gaya Hidup

Selain pengobatan, perubahan gaya hidup juga penting dalam mengontrol hipertensi, antara lain:

  • Olahraga teratur: Aktivitas fisik dapat membantu menurunkan tekanan darah.
  • Diet sehat: Menghindari makanan tinggi garam, lemak jenuh, dan gula, serta memperbanyak konsumsi buah dan sayuran.
  • Mengelola stres: Stres dapat memperburuk hipertensi, jadi penting untuk mencari cara untuk mengelola stres.
  • Menghindari alkohol dan merokok: Kedua kebiasaan ini dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko penyakit kardiovaskular.

Kesimpulan

Hipertensi, terutama hipertensi renovaskuler, adalah kondisi yang bisa mengancam jiwa jika tidak terdiagnosis dan diobati dengan baik, seperti yang terjadi pada kasus Tn. S. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan rutin tekanan darah, terutama bagi individu yang berisiko, seperti mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi atau yang memiliki faktor risiko lainnya (seperti obesitas, stres, dan pola makan tidak sehat). Dengan pengobatan yang tepat dan perubahan gaya hidup, banyak komplikasi yang bisa dicegah.

Referensi :

Kemenkes, diakses pada 2024, Hipertensi Renovaskuler: Hipertensi pada Usia Muda.

yankes.kemkes.go.id/view_artikel/498/hipertensi-renovaskuler-hipertensi-pada-usia-mudakelenjar-

Share this post on:
Hubungi C.S Kami