Aneurisma Otak

Share this post on:

Aneurisma Otak dan Hubungannya dengan Stroke: Sebuah Penjelasan Lengkap

Aneurisma otak adalah kondisi medis serius yang berhubungan dengan pembuluh darah di otak. Ketika terjadi pecahnya aneurisma, hal ini dapat menyebabkan perdarahan otak yang berpotensi berujung pada stroke hemoragik, yang merupakan salah satu tipe stroke yang sangat berbahaya dan bisa mengancam jiwa. Meskipun aneurisma otak dan stroke adalah dua kondisi yang berbeda, keduanya memiliki hubungan yang erat, terutama ketika aneurisma otak mengalami ruptur (pecah). Artikel ini akan menjelaskan tentang aneurisma otak dan bagaimana kondisi ini dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami stroke.

Apa itu Aneurisma Otak?

Aneurisma otak (atau aneurisma serebral) adalah pembengkakan atau pelebaran abnormal pada dinding pembuluh darah di otak akibat kelemahan dinding pembuluh darah itu sendiri. Pembuluh darah yang melemah ini bisa membesar dan menggelembung, mirip dengan balon yang terisi udara. Aneurisma otak yang tidak pecah seringkali tidak menimbulkan gejala, namun jika aneurisma tersebut pecah, bisa menyebabkan perdarahan subarakhnoid yang berpotensi mengancam jiwa dan menyebabkan stroke hemoragik.

Seberapa Sering Aneurisma Otak Terjadi?

Insiden aneurisma otak pada orang dewasa tanpa faktor risiko khusus diperkirakan sekitar 2,3%. Meskipun demikian, aneurisma otak seringkali tidak terdeteksi karena banyak penderita yang tidak mengalami gejala apapun sampai aneurisma tersebut pecah. Ketika aneurisma pecah, kondisi ini bisa memicu stroke yang sangat berbahaya, dengan gejala-gejala yang bisa berakibat fatal jika tidak segera mendapatkan penanganan medis yang tepat.

Faktor Risiko Terjadinya Aneurisma Otak

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami aneurisma otak, dan pada akhirnya mengalami stroke, antara lain:

  1. Usia Tua – Seiring bertambahnya usia, risiko aneurisma otak dan stroke juga meningkat.
  2. Gangguan Pembuluh Darah Otak Sejak Lahir – Kondisi genetik tertentu dapat meningkatkan kelemahan dinding pembuluh darah otak.
  3. Jenis Kelamin Wanita – Wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami aneurisma otak.
  4. Hipertensi – Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko pecahnya aneurisma otak.
  5. Riwayat Trauma Kepala – Cedera kepala dapat merusak pembuluh darah otak dan meningkatkan risiko aneurisma.
  6. Riwayat Keluarga – Jika ada riwayat keluarga yang menderita aneurisma otak, risikonya juga akan meningkat.
  7. Kebiasaan Merokok dan Mengkonsumsi Alkohol – Kebiasaan ini dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah, yang keduanya adalah faktor risiko aneurisma otak.
  8. Riwayat Perdarahan Subarakhnoid – Penderita yang pernah mengalami perdarahan otak sebelumnya berisiko lebih tinggi untuk mengalami aneurisma otak lagi.

Jenis-jenis Aneurisma Otak

Aneurisma otak dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan pecah atau tidak pecahnya, ukuran, bentuk, dan lokasi aneurisma.

  1. Aneurisma Tidak Pecah (Unruptured Aneurysm) – Aneurisma yang belum pecah, namun tetap berpotensi menimbulkan masalah kesehatan jika tidak diawasi.
  2. Aneurisma Pecah (Ruptured Aneurysm) – Aneurisma yang pecah dan menyebabkan perdarahan, yang bisa berujung pada stroke hemoragik.
  3. Ukuran Aneurisma – Aneurisma bisa kecil, sedang, atau besar. Aneurisma besar atau “giant aneurysm” memiliki potensi untuk pecah lebih tinggi.
  4. Bentuk Aneurisma – Aneurisma bisa berbentuk saccular (kantung) atau fusiform (memanjang).
  5. Lokasi Aneurisma – Aneurisma otak sering ditemukan pada pembuluh darah di area sirkulasi anterior atau posterior otak.

Gejala Aneurisma Otak

Sebagian besar aneurisma otak yang tidak pecah tidak menunjukkan gejala, yang membuatnya sulit dideteksi. Namun, aneurisma yang cukup besar dapat menekan pembuluh darah atau saraf di sekitar otak, menyebabkan gejala seperti:

  • Nyeri kepala yang hebat
  • Pandangan buram atau ganda
  • Nyeri wajah atau di belakang mata
  • Gangguan komunikasi atau bicara
  • Kelemahan atau kebas pada sebagian wajah atau tubuh

Namun, ketika aneurisma otak pecah, gejalanya menjadi jauh lebih parah dan memerlukan penanganan medis darurat:

  • Nyeri kepala hebat secara mendadak
  • Muntah tanpa penyebab jelas
  • Kehilangan kesadaran atau kebingungan
  • Kejang
  • Kaku kuduk
  • Peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan stroke hemoragik

Hubungan Aneurisma Otak dengan Stroke Hemoragik

Saat aneurisma otak pecah, ia menyebabkan perdarahan subarakhnoid, yaitu pendarahan di ruang antara otak dan selaput otak. Perdarahan ini dapat mengarah pada stroke hemoragik, jenis stroke yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di otak, menyebabkan pendarahan yang merusak jaringan otak.

Gejala stroke hemoragik akibat pecahnya aneurisma otak dapat berupa:

  • Sakit kepala yang sangat hebat dan mendadak
  • Keputusasaan dan penurunan kesadaran
  • Kehilangan kemampuan motorik, seperti kelumpuhan pada satu sisi tubuh
  • Kesulitan bicara atau memahami kata-kata

Pecahnya aneurisma yang tidak segera ditangani bisa sangat berbahaya dan sering berujung pada kerusakan otak permanen, bahkan kematian. Oleh karena itu, segera setelah gejala stroke hemoragik muncul, penanganan medis yang cepat sangat penting.

Skrining Aneurisma Otak

Untuk mencegah stroke akibat aneurisma otak, skrining atau pemeriksaan rutin disarankan bagi individu yang berisiko tinggi, seperti:

  • Riwayat keluarga dengan aneurisma otak atau perdarahan subarakhnoid
  • Penyakit ginjal polikistik autosomal dominan
  • Koarktasio aorta atau gangguan pembuluh darah lainnya

Pemeriksaan seperti CTA (Computed Tomography Angiography) atau MRA (Magnetic Resonance Angiography) dapat digunakan untuk mendeteksi aneurisma otak sejak dini.

Terapi Aneurisma Otak

Terapi aneurisma otak bervariasi, tergantung pada apakah aneurisma sudah pecah atau belum pecah.

  1. Aneurisma yang Belum Pecah:
    • Observasi rutin untuk memantau perkembangan aneurisma
    • Pengelolaan tekanan darah, menghindari stres fisik, serta menghindari kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol
    • Pembedahan atau pemasangan pembuluh darah untuk mencegah pecahnya aneurisma
  2. Aneurisma yang Sudah Pecah:
    • Penanganan darurat di unit gawat darurat untuk mengontrol perdarahan
    • Pembedahan atau embolisasi untuk menghentikan pendarahan dan mengurangi tekanan pada otak
    • Rehabilitasi setelah penanganan untuk membantu pemulihan fungsi tubuh

Kapan Harus Memeriksakan Diri ke Dokter?

Jika Anda mengalami gejala seperti nyeri kepala hebat mendadak, mual muntah, atau penurunan kesadaran, segera bawa diri Anda atau orang terdekat ke unit gawat darurat. Kondisi ini bisa menjadi tanda dari pecahnya aneurisma otak yang menyebabkan stroke hemoragik, yang membutuhkan penanganan medis segera.

Kesimpulan

Aneurisma otak merupakan kondisi yang berisiko tinggi menyebabkan stroke hemoragik jika pecah. Meskipun aneurisma otak yang tidak pecah tidak selalu menimbulkan gejala, pengidapnya tetap perlu waspada terhadap gejala-gejala yang bisa menandakan aneurisma yang berkembang. Skrining dan pencegahan, terutama bagi individu yang berisiko tinggi, adalah langkah penting untuk menghindari komplikasi serius yang bisa terjadi.

Referensi:
Kemenkes, Diakses 2024, Aneurisma Otak,
yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2960/aneurisma-otak#:~:text=Aneurisma%20otak%20adalah%20dilatasi%20lokal,(pecah)%20sewaktu%2Dwaktu.

Share this post on:
Hubungi C.S Kami