Barrett’s Oesophagus: Kenali Gejala, Faktor Risiko, dan Pentingnya Deteksi Dini
Barrett’s oesophagus (BE) adalah kondisi medis serius yang mempengaruhi bagian bawah esofagus, yang dapat meningkatkan risiko kanker esofagus. Meski kondisi ini seringkali tidak menunjukkan gejala yang jelas, penting bagi kita untuk memahami lebih jauh tentang penyebab, faktor risiko, gejala, dan cara pencegahan BE agar dapat menghindari komplikasi yang lebih fatal, seperti kanker esofagus.
Apa Itu Barrett’s Oesophagus (BE)?
Barrett’s oesophagus terjadi ketika sel-sel epitel skuamous pada esofagus bagian bawah berubah menjadi sel epitel kolumnar intestinal. Perubahan ini dikenal sebagai metaplasia intestinal dan dapat mengarah pada risiko keganasan. Pada American Gastroenterological Association, BE didefinisikan sebagai pergeseran squamocolumnar junction (SCJ) ke arah proksimal dari gastroesophageal junction (GEJ) dengan adanya perubahan pada sel epitel esofagus.
Mengapa Barrett’s Oesophagus Penting untuk Diketahui?
Barrett’s oesophagus (BE) meningkatkan risiko kanker esofagus, yang dikenal dengan adenokarsinoma esofagus. Kondisi ini dianggap sebagai lesi pra-kanker, yang berarti dapat berkembang menjadi kanker jika tidak ditangani dengan benar. Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting untuk mencegah perkembangan lebih lanjut.
Apa Saja Faktor Risiko Barrett’s Oesophagus?
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengembangkan BE antara lain:
- Usia: BE lebih sering ditemukan pada orang di atas usia 50 tahun.
- Jenis Kelamin: Pria memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengidap BE dibandingkan wanita.
- Etnik: Di negara Barat, BE dengan segmen panjang lebih sering ditemukan, sedangkan pada kelompok Asia, BE lebih sering terjadi pada segmen pendek.
- Riwayat GERD: Refluks asam lambung (GERD) yang berlangsung lama, terutama yang dimulai pada usia muda, merupakan faktor risiko utama BE. GERD terjadi ketika cincin otot esofagus bawah tidak menutup dengan sempurna, memungkinkan asam lambung naik ke esofagus.
- Merokok: Kebiasaan merokok meningkatkan risiko BE lebih dari 50%, karena nikotin dapat merelaksasi otot bagian bawah esofagus, mempermudah naiknya asam lambung ke esofagus.
Gejala Barrett’s Oesophagus
Penyakit ini sering tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Namun, pasien dengan BE cenderung mengalami gejala GERD, seperti:
- Heartburn: Sensasi panas di bagian belakang dada.
- Regurgitasi: Makanan atau cairan lambung kembali naik ke mulut atau tenggorokan.
- Disfagia: Gangguan menelan.
- Muntah darah dan BAB berdarah: Bisa terjadi akibat iritasi dan kerusakan pada lapisan esofagus.
Meskipun demikian, karena BE seringkali tidak menimbulkan gejala khas, kondisi ini seringkali terdeteksi secara tidak sengaja saat pemeriksaan endoskopi atau ketika sudah berkembang menjadi kanker esofagus.
Apakah Semua Pasien dengan Barrett’s Oesophagus Mengalami Kanker Esofagus?
Tidak semua orang dengan BE akan mengembangkan kanker esofagus. Sekitar 0,3% dari pasien BE setiap tahun akan berkembang menjadi kanker esofagus. Risiko ini lebih tinggi pada pasien dengan segmen panjang BE atau yang mengalami displasia (perubahan sel yang abnormal) pada esofagus.
Prevalensi Barrett’s Oesophagus
Barrett’s oesophagus diperkirakan terjadi pada kurang dari 2% populasi. Sekitar 5-15% pasien dengan GERD berkembang menjadi BE, dan sekitar 0,5% dari mereka akan mengalami kanker esofagus (adenokarsinoma) per tahunnya.
Apakah Setiap Orang Perlu Melakukan Endoskopi untuk Mengetahui Adanya Barrett’s Oesophagus?
Skrining endoskopi disarankan oleh British Society of Gastroenterology bagi pasien dengan gejala GERD kronis yang sudah berlangsung lebih dari 5 tahun, serta mereka yang memiliki faktor risiko untuk BE. Faktor risiko tersebut meliputi usia di atas 50 tahun, riwayat GERD, jenis kelamin laki-laki, dan obesitas.
Pencegahan Barrett’s Oesophagus dan Kanker Esofagus
Selain pengobatan yang bertujuan untuk mengurangi asam lambung, perubahan gaya hidup sangat penting untuk mencegah kondisi ini berkembang menjadi kanker esofagus. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:
- Menurunkan berat badan: Kelebihan berat badan meningkatkan tekanan pada perut dan menyebabkan refluks.
- Mengubah posisi tidur: Meninggikan bagian kepala saat tidur dapat mencegah asam lambung naik.
- Menghindari rokok: Merokok memperburuk GERD dan meningkatkan risiko BE.
- Menghindari makanan pemicu refluks: Makanan berlemak, pedas, lemon, saus tomat, minuman berkarbonasi, kopi, coklat, dan alkohol dapat memperburuk refluks.
- Membagi porsi makanan: Makan dalam porsi kecil lebih sering untuk mengurangi beban pada lambung.
- Hindari makan tiga jam sebelum tidur: Mencegah asam lambung naik saat tidur.
- Menghindari obat-obatan tertentu: Obat penenang, narkotika, dan obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID) dapat memperburuk gejala refluks.
Kesimpulan
Barrett’s oesophagus merupakan kondisi yang tidak boleh dianggap remeh karena dapat berujung pada kanker esofagus jika tidak dideteksi dan diobati dengan tepat. Meskipun banyak kasus tidak menunjukkan gejala, penting untuk melakukan deteksi dini, terutama pada pasien dengan riwayat GERD dan faktor risiko lainnya. Dengan perubahan gaya hidup yang sehat dan pengobatan yang tepat, kita dapat mencegah perkembangan BE dan mengurangi risiko kanker esofagus.
Referensi:
Kemenkes, Diakses pada 2024, Barret’s Oesophagus
yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1563/barrets-oesophagus